Bangkrutnya perusahaan raksasa seperti Worldcom, Lehman Brothers, dan sebagainya, menunjukkan bahwa penerapan nilai etika dan spiritual menjadi kebutuhan dalam bisnis saat ini. Krisis ekonomi serta situasi ekonomi global menjadi titikbalik yang membawa nilai spiritual nadir kembali dalam kehidupan manusia termasuk bisnis. Bisnis bukanlah segalanya karena ada hal yang lebih bernilai dari sekadar berbisnis. Itulah nilai etika dan spiritualitasberupa kejujuran, fairness, berbagi dengan sesama, dan menghargai orang lain. Meskipun manajemen yang telah ada (konvensional) telah sedemikian jelas dan detail mengatur semua hal yang berhubungan dengan bisnis, bagaimana menjalankan, mengelola, dan mempertahankannya, pada kenyataannya praktik bisnis yang berlaku tidak selalu sesuai dengan aturan. Masih banyak praktik bisnis yang tidak memedulikan lingkungan, mereka menganggap bahwa masalah lingkungan merupakan tanggung jawab pemerintah. Tidak menjadi persoalan apa produk yang dihasilkan, permasalahannya hanyalah bagaimana mereka menjualnya secara lebih efektif. Satu-satunya tujuan bisnis dijalankan adalah bagaimana memenuhi permintaan pelanggan dan meraup keuntungan sebesar-besarnya. Apa pun yang terjadi di luar perusahaan, mereka tidak (mau) tahu dan tidak peduli. Bukan tanggung jawab mereka untuk memikirkan generasi masa depan, karena yang dipikirkan adalah memuaskan pelanggan saat ini. Tidak perlu berpikir melampaui saat ini, karena hal yang penting harus dilakukan adalah melindungi laba dan perusahaan.
Mengapa hal-hal seperti di atas masih terjadi dalam praktik bisnis saat ini? Apanya yang salah, ilmunya atau manusianya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dilihat kembali sistem manajemen yang berlaku. Oleh karena semua hal yang terjadi merupakan cerminan dari sistem manajemen mana yang mereka implementasikan.
Ikbel 2.2. Perbandingan Pendekatan Sistem Manajemen
Guru | Pendekatan | Pokok Bahasan | Penjelasan | Manusia sebagai | Tujuan Utama |
Fayol | Sistem yang simultan | P-O-C-C-C | Objek | Laba | |
Taylor | Manajemen ilmiah | Alokasi tugas | Tidak ada skup berpikir, kaku | Objek | Laba |
Weber | Sistem birokrasi | Supervisi, subordinasi, kesatuan komando | Strict to the rules | Subjekdan objek | Laba |
Mayo | Hubungan antar-manusia | Motivasi kru, hubungan antara kru dengan manajer | Tingkat emosional | Mitra | Laba |
Deming | Profound knowledge | Transformasi (perubahan) | Sifat manusia | Subjek (agen perubahan) | Laba |
Drucker | Sistem komprehensif | Kru sebagai aset, orientasi pelanggan tidak hanya menciptakan laba | Penemuan kembali manajemen | Subjek | Laba jangka panjang |
Belbin | Pekerja tim | Peranan tim, membangun perbedaan | Group power | Subjek | Laba |
Sumber: M. Luthfi Hamidi, Pengantar Manajemen Islami.
Dengan kenyataan tersebut, maka muncullah manajemen yang didasarkan nilai-nilai spiritual. Manajemen spiritual merupakan sebuah konsep terpadu antara manajemen modern dengan nilai-nilai spiritual yang merupakan nilai-nilai suci dan nilai-nilai ketuhanan. la dibangun dan digerakkan secara terpadu dengan landasan nilai-nilai spiritual. Model ini mempersiapkan kemapanan seluruh komponen internal untuk menghadapi dan mengendalikan faktor eksternal yang siap memberikan dua sisi tantangan, yaitu peluang kegagalan atau kerugian dan peluang kesuksesan atau keuntungan setiap saat.
Beberapa tanda-tanda perusahaan yang secara tidak langsung mempraktikkan spiritual based management, yaitu: (1) perusahaan tersebut tidak menggunakan strategi monopoli dalam persaingan; (2) pemilik perusahaan tidak spekulatif dan tamak untuk mengeruk keuntungan sebesar besarnyabagi diri sendiri; (3) secarabijak, pemilik perusahaan memosisikan human capital pada posisi yang tepat; (4) perusahaan member! nilai tambah bagi kehidupan dan perekonomian di sekitarnya; (5) menjadikan pesaing sebagai mitra dalam berbisnis; (6) perusahaan sangat kompetitif, efisien, dan mampu memberikan kesejahteraan yang memadai bagi penyelenggara dan pemiliknya serta masyarakat di sekelilingnya;
Oleh karena itu, manajemen perusahaan yang tidak dilandasi oleh ketangguhan spiritual para pengelolanya akan menghasilkan tingkat produktivitas yang kurang maksimal. Berbagai kondisi depresi akan melanda setiap individu yang bekerja di perusahaan. Depresi itu berkecenderungan terus meningkat.
Disarikan dari: buku Menggagas Manajemen Syariah, Penulis A. Riawan Amin dan Tim PEBS FE UI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar