Laman

17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2016

25 Januari 2011

Manajemen Berbasis Spiritual

Bangkrutnya perusahaan raksasa seperti Worldcom, Lehman Brothers, dan sebagainya, menunjukkan bahwa penerapan nilai etika dan spiritual menjadi kebutuhan dalam bisnis saat ini. Krisis ekonomi serta situasi ekonomi global menjadi titikbalik yang membawa nilai spiritual nadir kembali dalam kehidupan manusia termasuk bisnis. Bisnis bukanlah segalanya karena ada hal yang lebih bernilai dari sekadar berbisnis. Itulah nilai etika dan spiritualitasberupa kejujuran, fairness, berbagi dengan sesama, dan menghargai orang lain. Meskipun manajemen yang telah ada (konvensional) telah sedemikian jelas dan detail mengatur semua hal yang berhubungan dengan bisnis, bagaimana menjalankan, mengelola, dan mempertahankannya, pada kenyataannya praktik bisnis yang berlaku tidak selalu sesuai dengan aturan. Masih banyak praktik bisnis yang tidak memedulikan lingkungan, mereka menganggap bahwa masalah lingkungan merupakan tanggung jawab pemerintah. Tidak menjadi persoalan apa produk yang dihasilkan, permasalahannya hanyalah bagaimana mereka menjualnya secara lebih efektif. Satu-satunya tujuan bisnis dijalankan adalah bagaimana memenuhi permintaan pelanggan dan meraup keuntungan sebesar-besarnya. Apa pun yang terjadi di luar perusahaan, mereka tidak (mau) tahu dan tidak peduli. Bukan tanggung jawab mereka untuk memikirkan generasi masa depan, karena yang dipikirkan adalah memuaskan pelanggan saat ini. Tidak perlu berpikir melampaui saat ini, karena hal yang penting harus dilakukan adalah melindungi laba dan perusahaan.


Mengapa hal-hal seperti di atas masih terjadi dalam praktik bisnis saat ini? Apanya yang salah, ilmunya atau manusianya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dilihat kembali sistem manajemen yang berlaku. Oleh karena semua hal yang terjadi merupakan cerminan dari sistem manajemen mana yang mereka implementasikan.

Ikbel 2.2. Perbandingan Pendekatan Sistem Manajemen
Guru

Pendekatan

Pokok Bahasan

Penjelasan

Manusia sebagai

Tujuan Utama

Fayol

Sistem yang simultan

P-O-C-C-C



Objek

Laba

Taylor

Manajemen ilmiah

Alokasi tugas

Tidak ada skup berpikir, kaku

Objek

Laba

Weber

Sistem birokrasi

Supervisi, subordinasi, kesatuan komando

Strict to the rules

Subjekdan objek

Laba

Mayo

Hubungan antar-manusia

Motivasi kru, hubungan antara kru dengan manajer

Tingkat emosional

Mitra

Laba

Deming

Profound knowledge

Transformasi (perubahan)

Sifat manusia

Subjek (agen perubahan)

Laba

Drucker

Sistem komprehensif

Kru sebagai aset, orientasi pelanggan tidak hanya menciptakan laba

Penemuan kembali manajemen

Subjek

Laba jangka panjang

Belbin

Pekerja tim

Peranan tim, membangun perbedaan

Group power

Subjek

Laba

Sumber: M. Luthfi Hamidi, Pengantar Manajemen Islami.

Dengan kenyataan tersebut, maka muncullah manajemen yang didasarkan nilai-nilai spiritual. Manajemen spiritual merupakan sebuah konsep terpadu antara manajemen modern dengan nilai-nilai spiritual yang merupakan nilai-nilai suci dan nilai-nilai ketuhanan. la dibangun dan digerakkan secara terpadu dengan landasan nilai-nilai spiritual. Model ini mempersiapkan kemapanan seluruh komponen internal untuk menghadapi dan mengendalikan faktor eksternal yang siap memberikan dua sisi tantangan, yaitu peluang kegagalan atau kerugian dan peluang kesuksesan atau keuntungan setiap saat.
Beberapa tanda-tanda perusahaan yang secara tidak langsung mempraktikkan spiritual based management, yaitu: (1) perusahaan tersebut tidak menggunakan strategi monopoli dalam persaingan; (2) pemilik perusahaan tidak spekulatif dan tamak untuk mengeruk keuntungan sebesar besarnyabagi diri sendiri; (3) secarabijak, pemilik perusahaan memosisikan human capital pada posisi yang tepat; (4) perusahaan member! nilai tambah bagi kehidupan dan perekonomian di sekitarnya; (5) menjadikan pesaing sebagai mitra dalam berbisnis; (6) perusahaan sangat kompetitif, efisien, dan mampu memberikan kesejahteraan yang memadai bagi penyelenggara dan pemiliknya serta masyarakat di sekelilingnya;
Oleh karena itu, manajemen perusahaan yang tidak dilandasi oleh ketangguhan spiritual para pengelolanya akan menghasilkan tingkat produktivitas yang kurang maksimal. Berbagai kondisi depresi akan melanda setiap individu yang bekerja di perusahaan. Depresi itu berkecenderungan terus meningkat.

Disarikan dari: buku Menggagas Manajemen Syariah, Penulis A. Riawan Amin dan Tim PEBS FE UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar